Jumat, 24 Januari 2014




KATA PENGANTAR

Puji  syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “sosok guru masa depan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik secara materi dan teknik penulisannya yang disebabkan karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki dan kurangnya pengalaman dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs.Fuldiaratman,Mpd selaku Dosen Mata Kuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran Kimia yang telah memberi bimbingan dan didikan dalam rangka penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat membantu dan berguna bagi Mahasiswa selaku calon guru, atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.














BAB I
PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang

            Pendidikan merupakan jantung peradaban dan denyut nadi kemajuan suatu bangsa. Banyak ilmuwan dan pemimpin  mengakui bahwa peradaban suatu bangsa berada di tangan anak bangsanya.  Merekalah yang diharapkan akan menjadi pejuang nasib bangsa kita kelak. Oleh karenanya para pelaku pendidikan antara lain guru tentu berkewajiban membangun karakter bangsa ini, melalui pembinaan karakter anak bangsanya. Tulisan sederhana ini dimaksudkan untuk berbagi pemikiran tentang asa dan isu seputar pendidikan serta profil guru masa depan yang didambakan bangsa kita. Ini penting karena guru merupakan ujung tombak pembangunan anak bangsa dalam rangka menyongsong “Indonesia Emas 2025
            Satu hal yang akan menjadi titik perhatian kita adalah "bagaimana merancang guru masa depan". Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan, dan ketrampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal, selanjutnya memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
            Penulis meyakini bahwa keunggulan pendidikan suatu negara pada dasarnya merupakan cerminan dari hasil sepak terjang  pemerintahnya, terutamapihak-pihak yang terkait dengan urusan pendidikan dalam hal ini tidak terkecuali para guru.
            Untuk memajukan pendidikan di negara kita, menurut penulis seyogianya diawali dengan memotret “profil pendidikan” kita dulu dan Sekarang.Karena Antara lain peradaban bangsa merupakan cerminan karakter anak bangsa, sementara  karakter manusia biasanya terbentuk secara alami melalui proses pendidikan


1.2 Rumusan Masalah
                Pada hakikatnya penulis mengarahkan Langkah-langkah yang dijadikan pokok permasalahan dalam pembuatan makalah ini agar sasaran yang hendak dicapai dapat terwujud. Pokok permasalahan tersebut yaitu :
a.       Bagaimana cara untuk menyiapkan dan mengetahui sosok guru di masa datang.?
b.      Apa ciri-ciri dari sosok guru yang baik di masa depan ?
c.       Bagaimana caranya mengubah wajah pendidikan di indesia masa depan .?
d.      Bagaimana peran  guru terhadap suatu bangsa,agar bisa maju.?

1.3  Tujuan penulisan
 Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.       untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran kimia
b.      untuk mengetahui sosok guru yang baik di masa depan
c.       Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang sosok guru masa depan

1.4  Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, kami memperoleh kajian materi dari beberapa sumber, yaitu studi literatur dari buku-buku yang terkait dengan topik dan berbagai artikel dari internet.










BAB II
PEMBAHASAN

A.             Pengertian

            Guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas "The Habits for Highly Effective People" dan "Quantum Teaching" serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru dan karyawan.
            Laporan yang diluncurkan International Institute of Management Development (IIMD) tahun 2000 mengungkapkan bahwa dari 48 negara yang diukur pada waktu itu ternyata daya saing SDM Indonesia hanya menempati urutan ke-47Berarti urutan kedua dari bawah. Ini tentu merupakan pil pahit bagi bangsa dan  dunia pendidikan kita, Laporan Forum Ekonomi Dunia mengungkapkan bahwa “indeks daya saing global” ( Global Competitiveness Index / GCI ) Indonesia mulai meningkat dan  Menurut catatan Kompas.com. daya saing pendidikan dasar dan tinggi Indonesia pada 2010 secara global meningkat ).  GCI Indonesia pada 2010 berada pada posisi ke-44 dari 139 negara.Sebelumnya kita berada pada peringkat ke-54 dari 133 negara.Ini suatu peningkatan yang patut disyukuri oleh kita.
            Jika tingkat keberhasilan pendidikan itu kita nilai dengan menjadikan data sebelumnya sebagai komparator, menurut penulis dunia pendidikan kita (Indonesia) dapat dipandang berhasil mengukir prestasi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000 s.d. 2010). Pil pahit yang terpaksa kita telan pada 2000, kini mulai terasa manis walaupun di sana-sini masih terlihat ketimpangan.
            Informasi tentang keberhasilan diatas  patut dijadikan bahan diskusi, terutama di kalangan akademikus. Menurut penulis, ini penting dilakukan minimal sebagai bahan renungan kita –guru dan atau calon guru yang membaca makalah ini. Bertemali dengan ini, setidaknya ada satu pertanyaan yang patut kita ajukan pada diri  sendiri, yaitu, “Apakah sumbangsih dan kontribusi saya pada negara atas  prestasi itu?”. Mari kita jawab saja di dalam hati masing-masing! Biasanya “Ibu Nurani” selalu menjawab dengan jujur, terutama ketika dia menyadari adanya “kontrol Malaikat”.
B.             Sosok Guru Masa Depan
            Guru sebenarnya merupakan sosok yang berada di masa depan. Proses pembelajaran yang dilakukan sekarang merupakan bentuk masa depan yang dibawa siswa ketika dewasa. Sosok guru saat ini adalah sosok siswa masa depan. Untuk itu, guru perlu dengan kekuatan batinnya mengajar dengan nuansa masa depan agar siswa benar-benar siap menghadapi masa depannya.
            Masa depan tidaklah terpisah dengan masa sekarang karena masa depan sebenarnya merupakan bentuk keberlangsungan dari masa sekarang. Berikut momen sebagai tanda mengenali masa depan. Pertama, jika masa sekarang informasi teknologi begitu cepat, banyak, padat, dan menjangkau, masa depan informasi teknologi itu akan semakin cepat dan lumrah. Ke depan, informasi teknologi menjadi kebiasaan hidup yang permanen dan primer. Kedua, saat ini, nilai kemanusiawian begitu penting setelah ditemukannya banyak varian obat, varian kepedulian diri, varian penghancur manusia, dan varian yang lainnya. Masa depan berarti, nilai kemanusiawian menjadi prasyarat utama dalam menjalani kehidupan. Ketiga, kepraktisan saat ini menjadi idola bagi manusia yang ditandai oleh kebiasaan instan, cepat, mudah, murah, baik, dan lancar. Untuk itu, masa depan dunia akan diwarnai budaya serba cepat dan manusia ingin lebih praktis lagi.
            Berkaitan dengan hal di atas, Guru perlu pemahaman tentang informasi teknologi, nilai kemanusiawian, dan kepraktisan. Siswa yang diajar Guru perlu dibawa ke alam informasi teknologi, manusiawi, dan praktis.
                Bagaimana sebenarnya guru masa depan seperti yang diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Kompetensi
            Seorang figure guru masa depan harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
2.      Kepribadian
a.       Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
b.      Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;
c.       Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
d.      Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif;
e.       Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan computer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
3.      Kemampuan Sosial
            Guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator,pelindung, pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah) termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas “The Habits for Highly Effective People” dan “Quantum Teaching” serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru dan karyawan. Guru masa depan juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi, dan memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberikan reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang.
C.             Cara menuju pendidikan unggul
            Sajian sebelumnya sudah menjelaskan bahwa keinginan untuk memajukan pendidikan seyogianya diawali dengan melihat secara seksama sejarah panjang percaturan pendidikan kita. Dengan begitu mudah-mudahan “profil pendidikan” akan terlihat dengan lebih nyata. Oleh karenanya pelaku pendidikan dan semua pihak terkait, idealnya siap bersinergi untuk membangun anak-anak bangsa di negara yang sangat kita cintai ini yakni “Indonesia cerdas yang berkarakter dan beradab”.
Mengapa bersinergi, Dasar pemikirannya sederhana. Terlepas dari pro-kontra terhadap Presiden kita, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) penulis masih meyakini ucapan beliau yang antara lain berbunyi “Bersama kita bisa”. Prinsip ini sudah terlebih dahulu dibuktikan oleh saudara-saudara kita dari Minangkabau dengan “Gebu Minangnya”, walaupun itu terutama untuk pembangun fisik.
            untuk  urusan pembangunan pendididikan penulis meyakini pula pandangan yang mengatakan bahwa sesungguhnya  “Tidak seorang pun yang mengetahui segala sesuatu, tapi setiap orang tentulah mengetahui tentang sesuatu”.  Prinsip seperti  ini juga sudah sejak dulu membudaya di dalam masyarakat Minangkabau. Ini terlihat dalam pepatah mereka yang berbunyi, “Bagaikan tungku nan tigo sajarangan”. Dalam masyarakat Minang, tungku nan tigo sajarangan ini biasanya berupaya meluangkan waktunya untuk “duduk bersama” merancang segala sesuatu demi kemaslahatan umat. Ketika duduk bersama ini, mereka menghimpun ide-ide cemerlang dari semua pihak yang peduli.Ide-ide yang dihimpun ternyata berhasil membangun “menara ide” yang kemudian mereka olah menjadi sebuah blue-print.
            Jika blue-print sudah ada, mereka pun memonitor implementasinya sesuai adat yang berlaku di sana. Ini terlihat antara lain melalui ungkapan mereka yang berbunyi Adat basandi sarak, sarak basandi Kitabullah. Jadi, ketika tanda-tanda akan ada penyimpangan mulai terdengar dan terbaca,  mereka segera bekerja sesuai perintah Allah, “Katakanlah walaupun pahit sekali pun”. Bertemali dengan ini maka semua pihak dituntut berjiwa besar manakala ada yang “disapa” oleh Tim Monitoring.
Mungkin karena sifat dan kebiasaan “siap menyapa” itu pulalah makanya banyak orang mengatakan bahwa “Rendang Padang itu pedas”. Akan tetapi, jika ada yang mau mengunyahnya sampai tiga puluh tiga kali, insya-Allah dia akan merasakan bahwa Rendang Padang itu ternyata hampir semanis gula jawa, Bertemali dengan ini menurut penulis monitoring itu penting artinya. Bagaimana pun bagusnya sebuah perencanaan, jika tidak diimplementasikan dengan sebaik dan setepat mungkin, hasilnya akan mengecewakan hati pihak-pihak tertentu.
            Kembali kepada upaya mengubah wajah pendidikan, sebelumnyamari kita lihat dulu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Seperti sudah disinggung sebelumnya, ada beberapa komponen yang seharusnya diperhatikan. Di antara komponen ini adalah:
1.      falsafah pendidikan yang harus jelas,
2.      kurikulum yang baik,
3.      guru yang profesional,
4.      fasilitas pendidikan yang memadai,
5.      lingkungan yang kondusif dan
6.      biaya pendidikan yang murah tentunya. Kecuali yang enam ini,
7.      adanya murid yang memiliki keinginan untuk berubah merupakan faktor penentu yang tidak kalah pentingnya.
Hal-hal yang berkaitan dengan itulah yang seyogianya dipertanyakan dalam bagian  selanjutnya. Mengingat keterbatasan ruang yang disediakan, tidak semua faktor itu diulas tuntas di sini.Sajian selanjutnya akah lebih banyak menyinggung perihal guru profesional dan hal-hal yang terkait dengannya.
D.         Harapan terhadap Guru masa depan
             Guru yang  berkarakter, inilah dambaan dunia pendidikan kita dewasa ini.  Selain berkarakter, guru tentu perlu memiliki fondasi yang kokoh dalam ilmu.  Dalam Seminar Nasional yang mengusung tema Menggagas Profil Guru Masa depan” (2011), Didin merinci ciri gurumasa depansebagaimana dimaksudkan dalam tema tersebut. Menurutnya guru masa depan merupakan idealisasi postur guru modern yang mampu berperan sebagai planner, innovator, motivator, dan curriculum developer. Kecuali ciri yang dituliskan Didin ini, tentu saja ciri lain yang sudah dikedepankan sebelumnya, sangat patut diperhatikan, Yaitu, panggilan jiwa, dan keikhlasan untuk berkorban demi bangsa dan negara.
            Sebagai planner, guru masa depan seyogianya memiliki perencanaan kerja yang jelas, sehingga setiap proses pembelajaran (learning process) yang dilakukan diharapkan akan berhasil maksimal. Guru masa depan seyogianya memiliki keyakinan diri bahwa rencana yang dibuatnya dapat diimplementasikan dengan baik dan tepat- sasaran. Untuk ini tentu saja program alternatif haruslah tersedia lengkap dalam perencanaan itu.
Selanjunya Didin pun menegaskan bahwa “Sebagai inovator, guru masa depan mesti memiliki kemauan (will) untuk melakukan pembaharuan terkait dengan pola pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya.” Guru masa depan harus mampu membelajarkan murid dalam suasana yang menyenangkan. Di sinilah peran utama panggilan jiwa tadi. Guru yang hadir di kancah pendidikan atas dasar panggilan jiwa, biasanya akan melayani murid dengan hati. Mereka akan melakukan segala cara dengan ikhlas, demi lahirnya insan-insan yang cerdas dan berkarakter.
            Selanjutnya “Sebagai motivator, guru masa depan harus memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar karena sejatinya setiap orang termasuk guru, bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi proses untuk terus menjadi (process of becoming). Atas dasar pemikiran seperti inilah mungkin munculnya motto yang berisi himbauan agar kita terus  “Belajar sepanjang hayat”. Sebagai motivator, guru juga harus mampu memotivasi siswa untuk belajar dan terus belajar agar cita-cita serta harapan mereka dapat tercapai melalui proses belajar yang efektif dan produktif.
            Terakhir, guru masa depan seyogianya juga sebagai curriculum developer, Artinya, guru masa depan dituntut mampu berperan sebagai agen perubahan atas kurikulum pembelajaran yang ternyata sudah tidak mampu lagi merespons tantangan zamannya,” ungkap Didin. Sudah sama-sama kita ketahui bahwa di era globalisasi ini, jarak tidak lagi menjadi penghambat bagi terlaksananya pembelajaran.Oleh karena itu kini kita dapat saling membalajarkan, di dunia nyata atau pun di alam maya.Fasilitas sudah lumayan memadai.

Jika kita mampu menghadirkan diri sesuai tuntutan yang dikedepankan sebelumnya, insya-Allah profil guru dan dosen masa depan yang diamanatkan oleh UU Guru dan Dosen No. 14/2005 dapat diwujudkan. Ada empat ciri guru dan dosen masa depan yang diharapkan, yaitu (1) professional, (2) sejahtera, (3) terlindungi, dan  (4) bermartabat. Semoga suatu saat kelak guru dan dosen di Indonesia mampu sampai ke sana. Amin ya rabbil alamin.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Jadi, guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung, pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah), termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas "The Habits for Highly Effective People" dan "Quantum Teaching" serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru dan karyawan.
Guru masa depan juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi, dan memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberikan reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang.
Selain itu, guru masa depan juga harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.

            Oleh sebab itu, untuk menjadi guru masa depan diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan sanubarinya, bahwa kita memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama. Weternik memberikan dengan istilah rouping atau "pangilan hati nurani" Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan dirinya sebagai "GURU MASA DEPAN"
B.     Saran
Dalam mengahiri makalah ini penulis mengajukan beberapa saran terkait dengan mempersiapkan calon guru yang profesional serta memiliki kecerdasan emosi yang memadai. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Penyiapan guru profesional dengan kecerdasan emosi yang memadai harus dimulai sejak masa rekruitmen (penerimaan) calon mahasiswa guru. Materi, instrument, dan cara seleksi calon mahasiswa harus merujuk kepada karakteristik dan standar dari profil guru profesional dan kecerdasan emosi.
2.      Para mahasiswa calon guru selama menjalani pendidikan selain menjalani pembinaan wawasan, karakter, dan profil calon guru profesional ia juga harus secara intensif dievaluasi secara periodik apakah selama menjalani pendidikan yang bersangkutan mampu menunjukkan sejumlah karakter guru profesional. Evaluasi untuk hal itu sudah barang tentu tidak cukup dengan 'paper-pencil test' semata-mata. Sistim penilaian dengan instrumen asesmen yang dipadukan dengan program magang terstruktur di sekolah yang variatif bagi calon guru akan lebih tepat dari pada pola Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang selama ini berjalan. Terkait dengan itu, sejak dini mahasiswa harus difasilitasi agar terlibat aktif dalam suatu wadah/organisasi profesi keguruan.
3.      Perkuliahan yang berkaitan dengan ilmu mendidik atau metode pembelajaran semestinya diperkaya dengan kajian-kajian literature yang lebih dominan nuansa humanistis, spiritual, moral, dan kecerdasan emosi.
4.      Setiap LPTK penghasil calon guru hendaknya memiliki institusi yang bertugas khusus secara periodik melakukan studi/penelitian untuk mengungkap profil dan perkembangan kecerdasan emosi mahasiswa calon guru. Hasil studi ini menjadi bahan masukan dan pembinaan lebih lanjut bagi mahasiswa yang bersangkutan.
















DAFTAR PUSTAKA

1 komentar:

Roni mengatakan...

semoga bermanfaat