BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan
pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN adalah pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini
berarti bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepuasan lahiriah saja seperti
sandang, pangan, papan, dan kesehatan saja ataupun mengejar kepuasan batiniah
seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung
jawab dan rasa keadilan saja, melainkan antara pembangunan lahiriah dan
batiniah tersebut haruslah berjalan seiring secara serasi.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan
nasional seperti yang tercantum di atas, maka diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut. Pendidikan sangat
penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya
mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa
dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan bangsa itu.
Pertanyaan yang muncul
adalah mengapa kualitas pendidikan di Indonesia rendah dan bagaimana
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sudah pasti banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Dalam kaitan ini, Soedijarto (1993)
menyatakan bahwa mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas proses
belajar-mengajar; dan oleh karenanya, apabila terjadi penurunan mutu
pendidikan, yang pertama kali harus dikaji adalah kualitas proses
belajar-mengajar tersebut. Hal itu karena bentuk konkret pendidikan adalah
proses belajar-mengajar.
Kualitas
proses belajar-mengajar ditentukan antara lain oleh pendekatan atau metode
pengajaran yang digunakan oleh guru. Dulu sampai mungkin sekarang, masih ada
guru yang suka menggunakan metode ceramah ketika mengajar; guru aktif berbicara
di depan kelas sedangkan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru itu
sambil bilamana perlu, membuat catatan. Metode yang dimikian jelas tidak
membuat siswa belajar secara optimal. Akhir-akhir ini dikenalkan berbagai macam
pendekatan atau metode mengajar yang mampu memberdayakan peserta didik. Salah
satu di antaranya adalah metode inquiry (inquiry-based teaching).
Dalam makalah ini, pemakalah akan
memaparkan salah satu jenis model pembelajaran Group Investigation yaitu : IBL
(Inquiry Based Learning) yang akan diuraikan secara jelas dan terperinci,
sehingga kelak dapat menjadi acuan untuk menerapkan metode ini di kemudian
hari.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaimana karakteristik dari jenis model
IBL (Inquiry Based Learning) ini ?
2)
Bagaimana tahapan-tahapan (fase) dari
jenis model IBL ini ?
3)
Bagaimana implementasi jenis model IBL
(Inquiry Based Learning) ini ?
4)
Apa kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki jenis model IBL ini ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan yang harus
dicapai adalah sebagai berikut :
1)
Mengetahui karakteristik jenis model IBL
(Inquiry Based Learning).
2)
Mengetahui tahapan-tahapan (fase) dari jenis
model IBL (Inquiry Based Learning).
3)
Mengetahui implementasi (kegunaan) dari
jenis model IBL ini.
4)
Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki jenis model pembelajaran IBL (Inquiry Based Learning).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian IBL (Inquiry Based
Learning)
Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan
pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo
(2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.
Apa itu inquiry-based learning? Ada
ungkapan kuno menyatakan bahwa: "Tell me and I forget, show me and I
remember, involve me and I understand." Bagian terakhir dari pernyataan
di atas adalah inti dari inquiry-based learning (Joe Exline). Di dalam inquiry terdapat
keterlibatkan siswa untuk menuju ke pemahaman. Lebih jauh disebutkan bahwa keterlibatan
dalam proses belajar akan berdampak pada perolehan keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk pemecahan masalah, yakni menemukan jawaban dari pertanyaan
yang selanjutnya digunakan untuk membangun pengetahuan baru bagi siswa.
Inquiry didefiniskan sebagai usaha
menemukan kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Seseorang
melakukan proses inquiry dimulai ketika lahir sampai dengan ketika meninggal
dunia. Proses inquiry dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data melalui
pancaindera yakni penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan
penciuman.
Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan
yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari
pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan
pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun
fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima
oleh siswa,tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh
berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan
oleh guru.
Inquiry based learning adalah sebuah
teknik mengajar di mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui
penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis.
Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry based learning
biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan
semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan
pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena inquiry-based learning
berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat
terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi
kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari
itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri,
maka hal ini akan membantu mereka belajar.
2.2 Karakteristik Model IBL
(Inquiry Based Learning)
Model inquiry ini berangkat dari
asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam
disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil
manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra
pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indra-indra lainnya.
Ada
beberapa hal yang menjadi ciri utama
model pembelajaran inkuiri ini, yaitu :
a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan. Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa.
c) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis.
Tujuan
utama pembelajaran melalui model inquiry based learning ini adalah menolong
siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka.
Strategi
pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
1)
Siswa dapat menemukan sendiri jawaban
dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan
2)
Bahan pelajaran yang akan diajarkan
tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi
3)
Proses pembelajaran berangkat dari rasa
ingin tahu siswa terhadap sesuatu
4)
Guru akan mengajar sekelompok siswa yang
rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
5)
Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu
banyak.
6)
Guru memiliki waktu yang cukup untuk
menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
2.3
Langkah-Langkah Pembelajaran

Secara umum, langkah-langkah model inkuiri based
learning sebagai berikut :
1)
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan
dan kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.
2)
Merumuskan Masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah
yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3)
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai
hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir
yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
4)
Mengumpulkan data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5)
Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6)
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Gulo (2005) menyatakan bahwa inquiry
tidak hanya mengembangkan kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang
ada termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu
proses yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan
data, menganalisis data dan membuat kesimpulan
Di dalam sistem belajar-mengajar ini,
guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi
peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan
mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar
prosedurnya sebagai berikut:
·
Stimulation : Guru mulai dengan bertanya
mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan
uraian yang memuat permasalahan.
·
Problem statement : peserta didik diberi
kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya
yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang
dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut)
·
Data collection : untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca
literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba)
sendiri dan sebagainya.
·
Data processing : semua informasi (hasil
bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak
diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
·
Verification : berdasarkan hasil olahan
dan taffsiran atau informasi yang ada
tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan
terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain
terbukti atau tidak.
·
Generalization : tahap selanjutnya, berdasarkan
hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu.
2.4 Implementasi dari Penggunaan Model IBL
(Inquiry Based Learning)
Untuk memulai, guru
pertama kali harus mengenal dengan baik kerangka konseptual bahwa struktur
materi yang akan diajarkan, aturan dasar, atau kebiasaan berpikir merupakan bagian
penting dari bidang ilmu. Pertanyaan adalah inti dari belajar melalui inquiry.
Ketika pertanyaan merupakan bagian dari kelas tradisional, sumber, tujuan, dan
tingkat kesulitan dari pertanyaan sangat berbeda-beda. Di dalam kelas tradisional,
guru seringkali sebagai penanya, dan tujuan pertanyaan adalah mengukur apakah siswa
telah belajar dan menyerap informasi yang diberikan atau belum. Ketika guru
memiliki pertanyaan dalam kelas inquiry, pertanyaan lebih merupakan refleksi
dari alam. Teknik bertanya yang tepat merupakan hal penting di dalam kelas
inquiry terutama pada tingkat-tingkat kelas bawah di mana guided inquiry
sebagai dasarnya.
Belajar melalui inquiry
memerlukan syarat keterlibatan siswa secara mental dan fisik selama proses
belajar. Keterlibatan secara mental selama
Peranan guru adalah
sangat penting di dalam belajar inquiry, yakni menjadi pemimpin atau
fasilitator proses belajar. Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang
penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal
dari siswa agar proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru
dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman.
Untuk menciptakan
kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut :
·
Motivator, memberi rangsangan agar siswa
aktif dan bergairah berfikir
·
Fasilitator, menunjukkan jalan keluar
jika siswa mengalami kesulitan.
·
Penanya, menyadarkan siswa dari
kekeliruan yang mereka buat
·
Administrator, bertanggung jawab dalam
seluruh kegiatan kelas
·
Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan
·
Manager, mengelola sumber belajar, waktu
dan organisasi kelas
·
Rewarder, pemberi penghargaan pada
prestasi yang dicapai siswa
Diskusi awal dan
bertanya sebelum mengenalkan topik atau kegiatan baru dapat menjadi hal penting
dalam memahami apa yang harus diketahui siswa. Tahap akhir dalam proses ini
akan menentukan apakah yang telah dipelajari siswa. Agar proses belajar inquiry
berjalan optimal, penting bagi guru untuk membantu siswa merasa nyaman.
Secara mental dan
fisik, guru harus tetap menjaga empat hal penting keluaran dari belajar ketika
merancang inquiry based learning, yakni
a)
Keterampilan pemrosesan informasi,
b)
Kebiasaan berpikir
c)
Pemahaman materi ajar,
d)
Pemahaman konteks konseptual.
Berikut
ini pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan guru ketika merancang aktivitas
atau pengalaman belajar melalui inquiry, yaitu:
a) Apakah
pembelajaran mendukung pengembangan keterampilan pemrosesan informasi?
b) Apakah
pembelajaran mendukung pematangan kebiasaan berpikir?
c) Apakah pembelajaran mendukung pemahaman materi
ajar?
d) Apakah
pembelajaran mendukung pemahaman konteks konseptual?
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Model
Inquiry Based Learning (IBL)
Adapun
kelebihan model pembelajaran dengan pendekatan IBL ini menurut Roestiyah (2001:
76-77) yakni sebagai berikut :
a)
Dapat membentuk dan mengembangkan
“self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep
dasar dan ide-ide lebih baik.
b)
Membantu dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c)
Mendorong siswa berpikir dan bekerja
atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d)
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif
dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e)
Memberi kepuasan yang bersifat
intrinsik.
f)
Situasi proses belajar menjadi
merangsang.
g)
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
individu.
h)
Memberi kebebasan siswa untuk belajar
sendiri.
i)
Siswa dapat menghindari dari cara-cara
belajar yang tradisional.
j)
Dapat memberikan waktu pada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Disamping
kelebihan yang telah disebutkan diatas, pendekatan IBL juga mempunyai
kekurangan antara lain:
a) Diharuskan
adanya kesiapan mental pada siswa.
b) Perlu
adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke pendekatan ini.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hidayat, W.(2004). Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Dengan Kegiatan Laboratorium Pada Pokok Bahasan Koloid, Tesis, Program
Pasca Sarjana. Bandung : UPI
Joyce, B dan Weil, M.(2000). Model of teaching fifth
edition. Allyn and Bacon Publishing Company.
Semiawan, Conny R. (1991). “Strategi pembelajaran
yang efektif dan efisien.” Dalam Conny R. Semiawan dan Soedijarto (Eds.). Mencari
strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang abad XXI. Jakarta:
Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar