Rabu, 26 November 2014

model embelajaran inkuiri based learning



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

        Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepuasan lahiriah saja seperti sandang, pangan, papan, dan kesehatan saja ataupun mengejar kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan rasa keadilan saja, melainkan antara pembangunan lahiriah dan batiniah tersebut haruslah berjalan seiring secara serasi.
        Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum di atas, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu.
        Pertanyaan yang muncul adalah mengapa kualitas pendidikan di Indonesia rendah dan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sudah pasti banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Dalam kaitan ini, Soedijarto (1993) menyatakan bahwa mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas proses belajar-mengajar; dan oleh karenanya, apabila terjadi penurunan mutu pendidikan, yang pertama kali harus dikaji adalah kualitas proses belajar-mengajar tersebut. Hal itu karena bentuk konkret pendidikan adalah proses belajar-mengajar.
Kualitas proses belajar-mengajar ditentukan antara lain oleh pendekatan atau metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Dulu sampai mungkin sekarang, masih ada guru yang suka menggunakan metode ceramah ketika mengajar; guru aktif berbicara di depan kelas sedangkan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru itu sambil bilamana perlu, membuat catatan. Metode yang dimikian jelas tidak membuat siswa belajar secara optimal. Akhir-akhir ini dikenalkan berbagai macam pendekatan atau metode mengajar yang mampu memberdayakan peserta didik. Salah satu di antaranya adalah metode inquiry (inquiry-based teaching).
      Dalam makalah ini, pemakalah akan memaparkan salah satu jenis model pembelajaran Group Investigation yaitu : IBL (Inquiry Based Learning) yang akan diuraikan secara jelas dan terperinci, sehingga kelak dapat menjadi acuan untuk menerapkan metode ini di kemudian hari.


1.2  Rumusan Masalah

1)      Bagaimana karakteristik dari jenis model IBL (Inquiry Based Learning) ini ?
2)      Bagaimana tahapan-tahapan (fase) dari jenis model IBL ini ?
3)      Bagaimana implementasi jenis model IBL (Inquiry Based Learning) ini ?
4)      Apa kelebihan dan kelemahan yang dimiliki jenis model IBL ini ?

1.3  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan yang harus dicapai adalah sebagai berikut :
1)      Mengetahui karakteristik jenis model IBL (Inquiry Based Learning).
2)      Mengetahui tahapan-tahapan (fase) dari jenis model IBL (Inquiry Based Learning).
3)      Mengetahui implementasi (kegunaan) dari jenis model IBL ini.
4)      Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki jenis model pembelajaran IBL (Inquiry Based Learning).




BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian IBL (Inquiry Based Learning)
          Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.
          Apa itu inquiry-based learning? Ada ungkapan kuno menyatakan bahwa: "Tell me and I forget, show me and I remember, involve me and I understand." Bagian terakhir dari pernyataan di atas adalah inti dari inquiry-based learning (Joe Exline). Di dalam inquiry terdapat keterlibatkan siswa untuk menuju ke pemahaman. Lebih jauh disebutkan bahwa keterlibatan dalam proses belajar akan berdampak pada perolehan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk pemecahan masalah, yakni menemukan jawaban dari pertanyaan yang selanjutnya digunakan untuk membangun pengetahuan baru bagi siswa.
          Inquiry didefiniskan sebagai usaha menemukan kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Seseorang melakukan proses inquiry dimulai ketika lahir sampai dengan ketika meninggal dunia. Proses inquiry dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data melalui pancaindera yakni penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan penciuman.
          Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa,tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.


          Inquiry based learning adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry based learning biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena inquiry-based learning berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.

2.2 Karakteristik Model IBL (Inquiry Based Learning)
          Model inquiry ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indra-indra lainnya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama  model pembelajaran inkuiri ini, yaitu :
a)   Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b)   Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c)   Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.

            Tujuan utama pembelajaran melalui model inquiry based learning ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

            Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
1)      Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan
2)      Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi
3)      Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu
4)      Guru akan mengajar sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
5)      Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak.
6)      Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran
Secara umum, langkah-langkah model inkuiri based learning sebagai berikut :

1)      Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.

2)      Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3)       Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
4)      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5)      Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6)      Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

          Gulo (2005) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan
          Di dalam sistem belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai  berikut:
·         Stimulation : Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
·         Problem statement : peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut)
·         Data collection : untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya.
·         Data processing : semua informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
·         Verification : berdasarkan hasil olahan dan taffsiran  atau informasi yang ada tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak.
·         Generalization : tahap selanjutnya, berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu.








2.4   Implementasi dari Penggunaan Model IBL (Inquiry Based Learning)
Untuk memulai, guru pertama kali harus mengenal dengan baik kerangka konseptual bahwa struktur materi yang akan diajarkan, aturan dasar, atau kebiasaan berpikir merupakan bagian penting dari bidang ilmu. Pertanyaan adalah inti dari belajar melalui inquiry. Ketika pertanyaan merupakan bagian dari kelas tradisional, sumber, tujuan, dan tingkat kesulitan dari pertanyaan sangat berbeda-beda. Di dalam kelas tradisional, guru seringkali sebagai penanya, dan tujuan pertanyaan adalah mengukur apakah siswa telah belajar dan menyerap informasi yang diberikan atau belum. Ketika guru memiliki pertanyaan dalam kelas inquiry, pertanyaan lebih merupakan refleksi dari alam. Teknik bertanya yang tepat merupakan hal penting di dalam kelas inquiry terutama pada tingkat-tingkat kelas bawah di mana guided inquiry sebagai dasarnya.
Belajar melalui inquiry memerlukan syarat keterlibatan siswa secara mental dan fisik selama proses belajar. Keterlibatan secara mental selama
Peranan guru adalah sangat penting di dalam belajar inquiry, yakni menjadi pemimpin atau fasilitator proses belajar. Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut :
·         Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir
·         Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
·         Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
·         Administrator, bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan kelas
·         Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
·         Manager, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
·         Rewarder, pemberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa
Diskusi awal dan bertanya sebelum mengenalkan topik atau kegiatan baru dapat menjadi hal penting dalam memahami apa yang harus diketahui siswa. Tahap akhir dalam proses ini akan menentukan apakah yang telah dipelajari siswa. Agar proses belajar inquiry berjalan optimal, penting bagi guru untuk membantu siswa merasa nyaman.
Secara mental dan fisik, guru harus tetap menjaga empat hal penting keluaran dari belajar ketika merancang inquiry based learning, yakni
a)      Keterampilan pemrosesan informasi,
b)      Kebiasaan berpikir
c)      Pemahaman materi ajar,
d)     Pemahaman konteks konseptual.
Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan guru ketika merancang aktivitas atau pengalaman belajar melalui inquiry, yaitu:
a)      Apakah pembelajaran mendukung pengembangan keterampilan pemrosesan informasi?
b)      Apakah pembelajaran mendukung pematangan kebiasaan berpikir?
c)       Apakah pembelajaran mendukung pemahaman materi ajar?
d)     Apakah pembelajaran mendukung pemahaman konteks konseptual?










2.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Inquiry Based Learning (IBL)
Adapun kelebihan model pembelajaran dengan pendekatan IBL ini menurut Roestiyah (2001: 76-77) yakni sebagai berikut :
a)      Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b)      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c)      Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d)     Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e)      Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f)       Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g)      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h)      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i)        Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
j)        Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Disamping kelebihan yang telah disebutkan diatas, pendekatan IBL juga mempunyai kekurangan antara lain:
a)      Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.
b)      Perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke pendekatan ini.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran























DAFTAR PUSTAKA



Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar.  Jakarta : Bumi Aksara
Hidayat, W.(2004). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Kegiatan Laboratorium Pada Pokok Bahasan Koloid, Tesis, Program Pasca Sarjana. Bandung : UPI
Joyce, B dan Weil, M.(2000). Model of teaching fifth edition. Allyn and Bacon Publishing Company.
Semiawan, Conny R. (1991). “Strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.” Dalam Conny R. Semiawan dan Soedijarto (Eds.). Mencari strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang abad XXI. Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar: