BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Resonansi
adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana
ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur molekul
atau ion yang mempunyai delokaliasi elektron disebut dengan struktur resonan. Masing-masing struktur
resonan dapat melambangkan struktur Lewis,
dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa
struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun
struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan
rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan
resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua
struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktut resonan disebut
dengan hibrida resonan.
Pada makalah ini akan dibahas resonansi molekul
organic dan efeknya terhadap kestabilan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari
resonansi dan bagaimana contohnya?
2.
Bagaimana cirri
umum dari resonansi?
3.
Bagaimana aturan dari struktur resonansi?
4.
Apa efek
resonansi terhadap kestabilan molekul organic?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui
resonansi dan contonya
2.
Untuk mengetahui
ciri umu dari resonansi.
3.
Untuk mengetahui
aturan dari struktur resonansi
4.
Untuk mengetahui
efek resonansi terhadap kestabilan molekul organic.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Resonansi
Resonansi
adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana
ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur molekul
atau ion yang mempunyai delokaliasi elektron disebut dengan struktur resonan.
Resonansi secara singkat dapat dikatakan dengan suatu molekul yang
strukturnya sama tetapi konfigurasi elektronnya berbeda.
Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur
Lewis, dengan
hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur
Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur
tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan
elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan resonansi.
Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur
resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktut resonan disebut dengan
hibrida resonan.
Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah panah (↔). Perhatikan contoh resonansi ozon (O3) berikut ini:
Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah panah (↔). Perhatikan contoh resonansi ozon (O3) berikut ini:
Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti
yang dijelaskan dengan anak panah. Perhatikan contoh berikut:
Kebanyakan
struktur kimia dapat digambarkan dengan mudah menggunakan struktur
Lewis maupun Kekule, akan tetapi masalah menarik akan muncul berhubungan dengan
penggambaran struktur. resonansi.
Mari kita lihat struktur nitrometana. Dengan menggambarkan struktur
Lewis dari nitrometana,
kita membutuhkan ikatan
rangkap pada satu oksigen dan ikatan tunggal pada oksigen yang lainnya. Tetapi
pada atom oksigen yang manakah akan kita tempatkan ikatan rangkap atau tunggal tersebut?
Oksigen yang bawahkah,
atau yang atas?

Nitrometana memiliki dua atom oksigen
yang berbeda apabila kita
menggambarkannya dengan struktur
Lewis, padahal hasil eksperimen
membuktikan bahwa kedua oksigen tersebut adalah ekuivalen. Kedua ikatan
nitrogen-oksigen memiliki panjang ikatan yang sama, yaitu 122 pm, padahal panjang
ikatan tunggal antara nitrogen-oksigen
adalah 130 pm dan nitrogen-oksigen rangkap dua adalah 116 pm. Dengan
kata lain, kedua struktur Lewis di atas adalah benar secara
individual, tetapi struktur yang lebih tepat adalah intermediet dari
keduanya. Bentuk intermediet tersebut dinamakan hibrida resonan.
Masalah yang kemudian muncul adalah bahwa struktur Lewis dan struktur garis-ikatan
tidak dapat menggambarkan
dengan
tepat bentuk dari hibrida resonan.
Kedua
bentuk struktur Lewis secara individual disebut bentuk resonan, dan lambang dari
resonansi adalah tanda panah dengan mata panah di kedua ujungnya ( ). Perbedaan
bentuk resonan haya terdapat
pada letak ikatan π dan pasangan elektron bebasnya. Atom atom itu sendiri tidak
mengalami perubahan posisi.
Contoh lain yang menggambarkan dengan
jelas mengenai resonansi
adalah struktur benzen. Benzen memiliki enam atom karbon ekovalen dan membentuk
sutau cincin aromatis.


Masing-masing
struktur benzen di atas adalah benar, tetapi akan lebih tepat digambarkan
bentuk hibridanya, yaitu:

Benzena
adalah contoh suatu senyawa organik yang tak dapat digambarkan secara teliti
dengan rumus ikatan tunggal. Delokalisasi dari ikatan pi menghasilkan sistem
dalam mana elektron pi mencakup lebih dari pada dua atom. Untuk dapat
menggambarkan distribusi elektron pi dalam benzena dengan menggunakan rumus
ikatan valensi, harus digunakan dua rumus (menurut Kekule), seperti pada gambar di bawah ini.

Tanda
merupakan lambang
resonansi

Kedua
struktur Kekule di atas dikatakan ada dalam resonansi yang satu dengan yang
lain, dengan kata lain struktur Kekule sebagai lambang resonansi atau struktur
resonansi. Lambang struktur resonansi bukan merupakan struktur nyata. Struktur
nyata adalah gabungan dari struktur resonansi. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya resonansi adalah pergeseran elektron yang terdapat dalam senyawa
tersebut.
2.2 Sifat
Umum Resonansi
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai
sifat-sifat berikut:
- Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan.
- Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar struktur hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti.
- Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak berpasangan. yang sama.
- Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
- Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-masing struktur resonan.
2.3 Aturan
Struktur Resonansi
Aturan-Aturan
Resonansi
Ada beberapa petunjuk
penting untuk menuliskan struktur resonansi (biasa disebut
struktur kanonik) dan untuk prakiraan secara kualitatif tentang pentingnya.
i. Struktur
resonansi adalah perubahan bolak-balik oleh satu atau sederet
pergeseran
elektron.
Biasanya satu
senyawa dapat dituliskan dengan satu struktur yang baik untuknya, dan beberapa struktur yang lain
diturunkan dari struktur pertama tersebut untuk keperluan
konsistensi dengan semua sifat-sifatnya yang teramati. Sebagai ilustrasi, kovalensi unsur-unsur di dalam vinil
klorida, rumus molekul dan prinsip-prinsip kimia organik
klasik mengarah pada struktur 10a sebagai rumus struktur yang baik untuk senyawa tersebut. Akan tetapi bila
dikaitkan dengan hasil penghitungan panjang ikatan C-Cl,
ikatan tersebut jauh lebih pendek daripada ikatan C-Cl dalam alkil klorida sederhana (1,78 Å), momen dipole-nya
lebih kecil (1,44 D) daripada etil klorida (2,05 D),
dan lebih inert terhadap nukleofil; maka bentuk struktur 10b dipandang
memberi kontribusi yang penting kepada struktur
hibrida resonansi vinil klorida. Struktur 10b diturunkan
dari struktur 10a melalui dua pergeseran elektron yang melibatkan
pasangan elektron bebas dan elektron π.

2.4
Stabilisasi Resonansi
Bila suatu struktur merupakan
hibrida resonansi dari dua atau lebih struktur resonansi maka energi struktur
yang nyata adalah lebih rendah dari setiap struktur resonansi tunggal. Struktur
nyata dikatakan distabilkan resonansi. Semakin banyak kemungkinan membentuk
struktur resonansi, maka semakin stabil struktur nyata senyawa tersebut.
Stabilasi
resonansi adalah paling penting bila dua atau lebih struktur resonansi untuk
suatu senyawa adalah ekivalen dalam energy. Suatu struktur resonansi berenergi
tinggi dan kecil sumbangannya penambahan stabilisasinya kecil.
Alasan dari
perbedaan energy antara struktur resonansi hipotetik dan struktur yang nyata
dari suatu senyawa tak seluruhnya dimengerti. Tentu sebagian dari alasannya
adalah bahwa electron yang terdelokalisasi ditarik ke lebih dari satu inti.
Secara umum adalah benar bahwa system dengan delokalisasi electron atau muatan
electron adalah berenergi lebih rendah dan kestabilannya lebih besar daripada
system dengan electron atau muatan electron terlokalisasi.
Alasan utama
bahwa asam karboksilat bersifat asam adalah bahwa ion karboksilat distabilkan
oleh delokalisasi muatan negative setelah pemindahan proton.
Ikatan C-X dalam molekul organik,
jika mengadakan pemutusan ikatan secara heterolitik, bila atom X mempunyai
elektronegatifitas yang lebih besar dari atom karbon; maka pasangan elektron
akan terbawa ke daerah X, sehingga terjadi ion positif dan ion negatif.

Ion karbonium
Ion
positif yang terbentuk disebut ion
karbonium. Nama dari ion karbonium diturunkan dari nama gugus alkil
ditambah akhiran ium, yakni alkilium.
Contoh:
H H CH3 CH3
| | | |
H – C + CH3 – C + CH3 – C + CH3 – C +
| | | |
H H H CH3
metilium atau etilium atau isopropilium atau t- butilium atau
kation
metil kation etil
(primer) kation isopropil kation t-butil
(sekunder)
(tertier)
Atom karbon yang bermuatan positif
(ion karbonium) dihasilkan sebagai
intermediet dalam reaksi organik. Ion
karbonium ini sangat reaktif karena atom
karbon yang bermuatan positif (orbital
kosong) hanya memiliki enam elektron pada
kulit terluar, dan cenderung untuk mempunyai susunan oktet, yaitu delapan
elektron dikulit terluar. Sehingga ion
karbonium bereaksi cepat dengan setiap substrat yang memiliki pasangan elektron
bebas (orbital isi). Ion karbonium kekurangan elektron sehingga sangat tidak
stabil. Tetapi, jika ada gugus pemberi elektron terikat pada karbon bermuatan
positif, maka muatan positif akan
terstabilkan, sehingga ion karbonium menjadi stabil.
Urutan
stabilitas dari ion karbonium:
a.
(CH3)3C+
> (CH3)2CH+ >
CH3-CH2+ >
CH3+
b.
Kation sikloheptatrienil > kation
trifenilkarbonium > kation benzil
(tropilium) (tritil)
Ion sikloheptatrienil mempunyai
tujuh bentuk struktur yang sama seperti struktur Kekule, dan mempunyai energi
konyugasi sangat besar, sehingga ion sikloheptatrienil sangat stabil.
Jika trifenilmetil bromida
dimasukkan dalam pelarut seperti alkohol, maka akan terionisasi dengan cepat,
dan ion trifenilmetilium yang dihasilkan bereaksi dengan pelarut. Tetapi jika
trifenilmetilbromida dimasukkan dalam pelarut yang sekaligus mensolvatasi,
seperti SO2 cair, maka trifenilmetilbromida akan terionisasi menjadi
trifenil metilium dan Br-
SO2 cair
Ph3C – Br -------------> Ph3C+ + Br-
Ion
trifenilmetilium dengan muatan positif berada dalam cincin mempunyai struktur
resonansi sebanyak sembilan.

Ion
karbonium akan mengalami penyusunan kembali sehingga dihasilkan ion karbonium
yang lebih stabil. Kestabilan dari ion karbonium adalah: tersier > sekunder
> primer > CH3.
Contoh:



Untuk memperoleh ion karbonium yang
lebih stabil terjadi perpindahan atom hidrogen atau gugus alkil bersama
pasangan elektron ikatannya. Penyusunan kembali dapat dipakai untuk menjelaskan
terbentuknya produk yang dominan dalam hasil reaksi.
Mekanisme
perpindahannya adalah sebagai berikut:

Karbanion
Ion organik yang memiliki pasangan
elektron dan muatan negatif pada atom karbon sentral disebut karbanion.
Karbanion berbeda dengan karbonium dimana karbanion mempunyai pasangan elektron
tidak berikatan pada atom karbon pusat sedangkan ion karbonium mengalami
defisiensi elektron. Karbanion dihasilkan dari proses heterolisis dari ikatan
C-X yang terdapat dalam molekul organik. Jika atom karbon keelektronegatifannya
lebih besar dari atom X maka pasangan elektron ikatannya akan dibawa oleh
karbon dan dihasilkan ion negatif sedangkan X menjadi ion positif.

Karbanion mempunyai geometri yang
membentuk piramidal (bukan tetrahedral) sama seperti amoniak. Atom karbon pusat
mengalami hibridisasi sp3 dan salah satu orbital hibrid sp3
terisi dua elektron yang tidak berikatan.
Geometri
karbanion :

Nama dari karbanion diturunkan dari
nama alkil dan ditambah dengan kata karbanion.
:CH3― ─
:CH2 – CH3 CH3 – CH:─
|
karbanion metil karbanion etil CH3 karbanion isopropil
Umumnya karbanion tidak stabil
karena memiliki muatan negatif. Bila karbanion terikat dengan gugus yang
menarik elektron seperti –C≡N atau =C=O
maka karbanion itu akan distabilkan. Tetapi bila terdapat gugus yang
dapat memberikan elektron terikat pada karbanion maka karbanion akan semakin
tidak stabil. Urutan kestabilan dari karbanion berlawanan dengan ion karbanium,
yaitu: CH3:- > primer > sekunder > tersier.
Karbanion juga dapat distabilkan oleh ikatan rangkap atau cincin aromatik yang
berdekatan dengan karbon bermuatan negatif (atom karbon pusat), karena adanya
resonansi.

kation
benzil karbanion etil
Karbanion dapat distabilkan oleh
resonansi, sebab adanya delokalisasi muatan negatif yang mana terdistribusi
pada atom karbonnya dalam struktur hibrid. Struktur hibrid resonansi dari
karbanion benzil adalah:

Muatan
positif berada pada atom karbon pusat mempunyai struktur Kekule sebanyak delapan sehingga pada ion
trifenilmetilium juga terjadi delokalisasi muatan, akibatnya ion
trifenilmetilium sangat stabil.
Kation benzil dapat diperoleh dari
benzil klorida dilarutkan dalam sulfur dioksida.

Stabilitas
dari kation benzil disebabkan oleh struktur resonansi dan delokalisasi. Karena
struktur resonansi dan delokalisasi muatan sedikit dibanding kation
trifenilmetil maka stabilitas kation benzil kurang dibanding kation
trifenilmetil.

Di antara ion alkil karbonium yang
paling stabil adalah kation t-butil, hampir sama dengan kation alil. Stabilitas
dari ion alkil karbonium dapat diterangkan dengan efek hiperkonyugasi dan efek
induksi.

Karbon
yang bermuatan positif dari ion karbonium mengalami hibridisasi sp2.
Pada kation metil ketiga orbital sp2 tumpang tindih dengan orbital s
dari hidrogen. Pada kation etil satu orbital sp2 tumpang tindih
dengan orbital sp3 dari karbon –CH3. Adanya gugus –CH3,
maka kation etil distabilkan, karena gugus –CH3 merupakan gugus yang
dapat memberikan elektron lewat efek induksi.
Efek hiperkonyugasi juga dapat
menstabilkan ion karbonium. Contoh, propena dapat distabilkan oleh resonansi.

Tipe resonansi di atas untuk
propena disebut sacrificial
hyperconjugation , karena pada resonansi tersebut terjadi pengorbanan atau
penghilangan (sacrificing) ikatan kovalen. Kation alkil tersubstitusi,
bentuk-bentuk resonansi hiperkonyugasi dapat di tulis dengan jumlah ikatan
kovalen sama, sebagai berikut:

Tipe
resonansi ini dinyatakan sebagai isovalente
hyperkonjugation, dan ini lebih penting dari sacrificial hyperconjugation. Dari uraian diatas dapat dinyatakan
bahwa stabilitas ion karbonium dipengaruhi oleh efek induksi dan efek resonansi
dari suatu gugus metil. Energi stabilisasi yang dihasilkan dari substituen yang
terikat pada karbon bermuatan positif dari suatu ion karbonium adalah seperti
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1.
Energi stabilisasi dari ion karbonium tersubstitusi
Ion
|
Energi
stabilisasi (kkal/mol)
|
CH3+
CH3CH2+ (CH3)2CH+ (CH3)3 C+ CH2 =CHCH2+
|
0
36
66
84
58
|
KONJUGASI
Pengaturan
kembali electron melalui orbital π, terutama dalam system konjugasi atau
senyawa organic yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda
secara bergantian (C=C-C=C-C) dan mempengaruhi satu sama lainnya membentuk
daerah delokalisasi electron disebut dengan konjugasi.
Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom,
melainkan milik keseluruhan system konjugasi ini.
Contoh:
Fenol (C6H5OH)
memiliki sistem 6 elektron di atas dan di bawah cincin planarnya sekaligus di
sekitas gugus hidroksil. Sistem konjugasi secara umumnya akan menyebabkan
delokalisasi electron disepanjang orbital p yang parallel satu dengan lainnya.
Hal ini akan meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara
keseluruhan. Konjugasi dapat terjadi dengan keberadaan gugus pendonor orbital p
yang berbeda. Selain ikatan tunggal dan ganda yang bergantian, sisten konjugasi
dapat juga terbentuk oleh keberadaan atom yang memiliki orbital p secara parallel.
Contoh, furan.
3.
HIPERKONJUGASI
Merupakan
delokalisasi yang melibatkan elektron σ. Hiperkonjugasi dapat
dipandang sebagai overlap antara orbital σ ikatan C-H dengan orbital π ikatan
C=C, analog dengan overlap π-π. Hiperkonjugasi disebut juga resonansi tanpa
ikatan. Secara singkat efek hiperkonjugasi merupakan perubahan dari suatu
ikatan C-H menjadi ikatan C=C atau C≡C oleh Hα. Hiperkonjugasi dapat
meningkatakan kestabilan molekul dengan semakin banyaknya Hα maka suatu molekul
tersebut akan semakin stabil.
Contoh:
Jika suatu
karbon yang mengikat atom hydrogen dan terikat pada atom tak jenuh atau pada
satu atom yang mempunyai orbital bukan ikatan maka dapat dituliskan bentuk
kanonik seperti diatas. Di dalam bentuk kanonik seperti itu sama sekali tidak
ada ikatan antara karbon dengan ion hidrogen, dan resonansi seperti itu disebut
resonansi tanpa ikatan. Hidrogen tidak pergi, dalam artian
resonansi tersebut bukanlah suatu hal yang nyata melainkan hanya bentuk kanonik
yang berkontribusi ke struktur molekul sesungguhnya).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Resonansi adalah
delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana
ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur molekul
atau ion yang mempunyai delokaliasi elektron disebut dengan struktur resonan.
2. Molekul atau
ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
- Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan.
- Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar struktur hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti.
- Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak berpasangan. yang sama.
- Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
- Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-masing struktur resonan.
3. Bila suatu struktur
merupakan hibrida resonansi dari dua atau lebih struktur resonansi maka energi
struktur yang nyata adalah lebih rendah dari setiap struktur resonansi tunggal.
Struktur nyata dikatakan distabilkan resonansi. Semakin banyak kemungkinan
membentuk struktur resonansi, maka semakin stabil struktur nyata senyawa
tersebut.
3.2 Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar